Home

Minggu, 23 Januari 2011

Abdul Qadir Al-Jailani



Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Rahimahullah,(bernama lengkap Muhyi al Din Abu Muhammad Abdul Qadir ibn Abi Shalih Al-Jailani). Lahir di Jailan atau Kailan tahun 470H/1077 M kota Baghdad sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata al Jailani atau al Kailani. Biografi beliau dimuat dalam Kitab الذيل على طبق الحنابلة Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab al Hambali. Ia wafat pada hari Sabtu malam, setelah magrib, pada tanggal 9 Rabiul akhir di daerah Babul Azajwafat di Baghdad pada 561 H/1166 M. Bila dirunut ke atas dari nasabnya, beliau masih keturunan Rasulallah Muhammad SAW dari Hasan bin Ali ra, yaitu Abu Shalih Sayidi Muhammad Abdul Qadir bin Musa bin Abdullah bin Yahya Az-zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa Al-Jun bin Abdullah Al-Mahdi bin Hasan Al-Mutsana bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra.Tapi entahlah apa itu benar karena begitu banyak pendapat,dan sebagian orang juga mengatakan bahwa beliau tidak ada hubungannya dan  jarak keturunan dengan rosul sangat jauh, walaupun misal ada nabi setelah rosulullah, seharusnya Musa bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husayn bin Fatimah az-Zahra.


     Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu kewajaran jika sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjungnya dan mencintainya. Akan tetapi kalau meninggi-ninggikan derajat beliau berada di atas Rasululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka hal ini merupakan suatu kekeliruan. Karena Rasululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah rasul yang paling mulia di antara para nabi dan rasul yang derajatnya tidak akan pernah bisa dilampaui di sisi Alloh Subhanahu wa Ta’ala oleh manusia siapapun.


      Ada juga sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do’a mereka. Berkeyakinan bahwa do’a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala, kecuali dengan perantaraannya. Ini juga merupakan kesesatan.


      Menjadikan orang yang sudah meninggal sebagai perantara tidak ada syari’atnya dan ini sangat diharamkan. Apalagi kalau ada yang berdo’a kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do’a merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak boleh diberikan kepada selain AllohSubhanahu wa Ta’ala. Alloh Subhanahu wa Ta’ala melarang makhluknya berdo’a kepada selainNya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya:“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Alloh.”(QS: Al Jin:18)


      Sebenarnya hal  ini banyak terjadi di lingkungan sekitar saya,,aku bingung kenapa mereka begitu sangat menyanjung-anjungkan beliau,sampai2 fotonya pun di pajang sana sini dengan tujuan katanya orang itu,bisa terhindar dari bala.Bukankah hal seperti ini di katakan musyrik???Kenapa mereka tidak meminta pertolongan dan perlindungan dari allah swt.Mungkin inilah alasan mengapa nabi kita rasulullah saw tak ada yang tahu seperti apa  
 raut wajahnya,yah karena itu...agar di kemudian hari para pengikutnya tak akan meyembah wujud nabi rasulullah saw sama seperti apa yang telah di lakukan pada beliau Abdul Qadir Al-Jailani.


      Aku bener-bener bingung,,,begitu banyak pendapat yang berbeda tentang ajaran agama islam,pusiing!!!semua orang pada berdebat tentang kebenaran islam.Ya alllah bimbinglah hamba agar selalu berada di jalan yang kau ridohi,hamba tidak ingin berada pada jalan penuh dengan kesesatan da kemusyrikkan.Amiiiiinnnnnnnn Ya Robball Alamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar